Ini FF dibuat sebelum aku memakai Suzy jadi karakter tetapku. Ini FF tahun lalu.
^o^)/ hahaha~yang baru bakal di post segera~
Enjoy~
You’re Just My Own Fiction, oppa…
Fanfiction by: Shirahime Lucifer
Cast:
Yoon Hye In (Soo Ae) as Yoon Shira
Yoon Doojoon – BEAST as himself
Jang Hyunseung – BEAST as himself
Yong Junhyung – BEAST as Yoon Junhyung
Yang Yoseob – BEAST as himself
Lee Gikwang – BEAST as himself
Son Dongwoon – BEAST as himself
Jia – Miss A as Yoon Jia
Kim Taeyeon – SNSD as herself
Thunder – MBLAQ as himself
NB: Yoon Hye In adalah karakter di serial Athena: Goddess of War yang
diperanin Soo Ae, berhubung aq suka banget
sama karakter Yoon Hye In, dan berbagai ekspresi serta perawakannya sangat pas
dengan yang aku bayangkan dan inginkan untuk jadi diriku. Maka jadilah disini
sosok dy adalah aq ^^ hohoho~
FF ini kubuat karena terinspirasi dari lagu dan MV Fiction – BEAST dan
MV Follow Your Soul – 2PM.
~Shira's POV~
~Shira, Doojoon, and Junhyung~
11 Maret 20**, 05:45…
Pagi ini aku
terbangun lebih awal, sementara kedua oppa-ku dan oennie ku masih tertidur. Ini
tidak biasanya, mungkin karena aku lah yang tidur jauh lebih awal kemarin
malam. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat sarapan. Aku pun mulai
mengeluarkan panci dan beberapa bahan yang bisa aku masak untuk dibuat sarapan
pagi ini. Tidak ada salahnya sesekali memasak untuk semuanya.
“Wow,
kau bangun paling pagi hari ini!”
Aku
langsung berbalik dan melihat Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah berdiri
dibelakangku dengan rambut mereka yang masih berantakan dan kucel habis bangun
tidur.
“Ah,
oppa. Cuci muka kalian dulu dong sana!”
Doojoon
oppa mengacak-acak rambutku dengan lembut sambil tertawa. Sementara Junhyung
oppa menghampiri wastafel didekat dapur dan membasuh wajahnya.
“Entar
aja ah, aku bantuin masak yak!”, kata Doojoon oppa, ceria seperti biasanya.
“AA!
Oppa!”, aku berteriak kaget ketika Junhyung oppa tiba-tiba mengangkat tubuhku
dan berputar sekali. “Tu-turunkan aku oppa!”, aku sedikit bersemu merah.
“Haha,
seperti biasa, Shira masih ringan ya. Kau seperti punya sepasang sayap.”, goda
Junhyung oppa.
“Kau
berlebihan oppa.”, aku sedikit cemberut, dan akhirnya ia menurunkanku. Ya, itu
memang kebiasaan yang dilakukan oppa ku yang satu ini ketika baru bangun tidur
dan melihatku. Entah kenapa dia suka sekali mengangkat tubuhku atau kadang-kadang
menggendongku ke kamarku dilantai dua kalau aku terlalu capek untuk naik tangga
setelah capek pulang dari kampusku.
“Yuk
masak. Aku juga mau ikut~”, seru Junhyung oppa.
Aku
membalasnya dengan tersenyum manis. “Ne~”
***
Dengan
bantuan Doojoon oppa dan Junhyung oppa, memasak jadi lebih cepat dan aku sangat
menikmatinya. Apalagi karena keduanya sering melontarkan candaan mereka.
Doojoon oppa pun suka melakukan keisengan yang berujung dimarahi oleh Junhyung
oppa karena satu butir telur yang dipegang Doojoon oppa jadi terlempar tepat
mengenai kepala Junhyung oppa. Aku hanya bisa tertawa ketika melihatnya.
Suasana pagi tidak akan pernah seceria ini kalau mereka tak ada.
“Haa~
Akhirnya sarapan kita jadi juga yak!”, Doojoon oppa sudah memegang sendok dan
garpu, siap menyantap sepiring nasi goreng dengan telur dadar yang ada
dihadapannya.
“Selamat
makan!”, Junhyung oppa langsung menyantap makanannya sesaat setelahnya.
“Emm,hari ini
aku pulangnya sore, oppa bisa jemput aku tidak?”, tanyaku disela-sela makan kami.
Doojoon
oppa yang sedang menyantap sarapannya langsung melihatku sambil tersenyum. “Tentu
saja! Aku dan Junhyung akan menjemputmu setelah segera setelah konser kami
berakhir hari ini, ya kan Junhyung?”
“Yep,
tentu saja hyung! Langsung telepon aku atau Doojoon hyung aja ya kalau kamu
sudah selesai ya Shira. Lagipula besok kan ulang tahunmu, Hyunseung, Yoseob,
Gikwang dan Dongwoon juga akan maen kesini sekalian merayakan ulang tahunmu
sama-sama.”
“He??
Mereka semua juga?? Asyik~! Oke oppa!”
~Shira, Hyunseung, and Yoseob~
11 Maret 20**, 09:50…
“Shira!!~”,
seru Yoseob oppa dan Hyunseung oppa dengan mata mereka yang berkaca-kaca, dan
mereka langsung memelukku ketika aku baru saja keluar dari mobil.
“Seobie
oppa~Seungia oppa~ Hihi, kalian pasti merindukan aku yak?”, aku balik memeluk
keduanya sambil iseng menggoda mereka.
“Aishh!!!
Kita sudah tidak ketemu 2 bulan karena jadwal tur BEAST yang padat. Huhuhu..aku
rindu masakanmu~”, kata Yoseob oppa manja.
“Besok
kan ulang tahunmu Shira, makanya setelah konser nanti malam, kita akan langsung
kerumahmu!”, Hyunseung oppa terlihat bersemangat.
“Asyik~
Oke! Tadi Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah memberitahuku.”
“Aish,
curang nih mereka udah ngasih tau!”, Hyunseung oppa cemberut. Ia kembali
tersenyum setelah aku mencubit pipinya pelan. Tiba-tiba kaca mobilku terbuka
perlahan. Bisa kulihat Junhyung oppa dengan kacamata hitamnya, duduk dikursi
sebelah Doojoon oppa yang mengemudikan mobil.
“Ya!!
Seobie! Seungie! Cepet kalian masuk! Kita kan mau latihan buat tampil malem
ini!”, seru Doojoon oppa dari dalam mobil.
“WUA!!
Oh iya! Kalau begitu sampai nanti malam Shira!”, kata Yoseob oppa. Ia mencium
pipiku sebelum masuk ke dalam mobil, dan aku cukup tersipu malu. Hyunseung oppa
masuk setelahnya.
“Ya!!
Seobie! Seenaknya nyium-nyium adekku! Awas kau!”, ancam Junhyung oppa.
“Idihh,
dasar brother-sister complex!”, kata Yoseob oppa sambil memeletkan lidahnya.
“Shira,
nanti kalau kau ketemu Gikwang dan Dongwoon suruh mereka untuk segera ke tempat
latihan
“Oke
oppa.”
“Sampai
ketemu nanti malam ya Shira!”, kata Hyunseung oppa dan Yoseob oppa bersamaan.
“Ne~Semoga
konser kalian berjalan lancar!”, aku melambaikan tangan pada kedua oppa-ku dan
kedua sahabatku. Ah, mereka sudah semakin sibuk saja, dan aku bangga mereka
sudah sukses seperti ini.
~Shira and Dongwoon~
11 Maret 20**, 10:00…
Aku
baru saja ingat kalau aku harus meminjam buku dari perpustakaan untuk masuk ke
kelas pertama hari ini. Berhubung aku belum sempat membeli buku itu. Kupercepat
langkahku menuju perpustakaan ketika kusadari kalau 15 menit lagi kelas akan
dimulai dan aku harus menuju ke perpustakaan dulu sebelum itu.
Setelah
sampai perpustakaan, aku segera bertanya pada petugas disana untuk memberikan
informasi letak rak buku yang aku cari.
“Rak
201, deretan sebelah kiri ya.”, kata si petugas ramah.
“Kamsahamnida.”
Aku
buru-buru mencari rak yang dimaksud. Perpustakaan kampusku sangat besar,
mungkin sekitar ratusan atau mungkin jutaan buku disana, mulai dari buku baru
sampai buku-buku terbitan paling lama sekalipun.
“Ah,
ini dia.”, akhirnya aku berhasil menemukan buku yang kucari. Ada di dua rak
lebih tinggi dariku dan aku harus jinjit untuk mengambilnya. Namun ketika aku
berhasil menarik buku itu, tiba-tiba beberapa buku-buku disebelahnya mulai
berjatuhan dan nyaris saja menimpaku kalau tidak ada seseorang yang menarik
lenganku untuk menghindar.
“Aish,
nyaris saja lho Shira.”
Aku
terbelalak kaget ketika melihat pemuda tinggi yang tadi menarik lenganku.
“Dongwoon
oppa?”
“Haha,
aku tadi baru saja mau keluar perpustakaan ketika akhirnya aku melihatmu
berjalan kearah sini. Kau sedang mencari apa?”
“Oh,
aku mencari buku ini. Untuk kelas berikutnya, hehe..Aku belum sempat beli.”,
jawabku.
“Oh,
kalau begitu besok kita cari bagaimana? Besok kami sudah merencanakan untuk
mengosongkan jadwa apapun dalam rangka ulang tahunmu.”
“HAH??
Doojoon oppa dan Junhyung oppa tidak bilang apa-apa soal itu padaku.”, aku
terbelalak kaget ketika mendengar mereka sampai mengosongkan jadwal mereka
untukku.
“Lho?
Ups!”, Dongwoon oppa langsung menutup mulutnya dan cengengesan setelahnya.
“Aduh, seharusnya itu kejutan ya. Aku sudah membocorkannya. Bisa-bisa Junghyung
hyung akan menghajarku…”
“=,=’’’
haduh oppa…Kau ini ada-ada saja..”, meski aku berkata begitu, aku tetap saja
begitu bahagia karena bisa menghabiskan hari istimewaku besok bersama-sama
dengan mereka. “Ah ya!”, aku teringat akan pesan Junhyung oppa tadi. “Oppa,
katanya kau disuruh untuk langsung ke tempat latihan setelah kuliah hari ini
selesai lho.”
“Aku
sudah selesai kok. Hari ini Cuma ada kelas pagi. Kalau begitu aku pergi
sekarang ya Shira, sampai nanti malam.”, katanya sambil mengacak rambutku.
Hahh…Doojoon oppa dan Dongwoon oppa suka sekali mengacak-acak rambutku.
~Shira and Gikwang~
11 Maret 20**, 12:00…
Huwaa~
Akhirnya kelas siang ini selesai. Masih ada kuliah lagi sih, untungnya itu baru
akan mulai jam 1 siang, jadi sekarang aku bisa mencari makan siang dulu. Yay!~
Aku pun buru-buru menuju kantin karena perutku juga sudah lapar dan aku sudah
tidak sabar untuk makan siang.
“Aduh!”,
aku merasakan dingin pada pipiku. Ada sebuah tangan dari belakangku, memegang
kaleng lemon tea dingin dan sengaja mengenakannya pada pipiku. Ketika aku
berbalik, ternyata itu Gikwang oppa.
“Kau
baru mau makan siang ya?”, tanyanya ramah. Pipiku langsung bersemu merah ketika
melihat senyum diwajahnya yang tampan itu.
“Ah…I-Iya
oppa…”, aku hanya bisa menunduk malu. Ia kemudian menggandeng tanganku setelah
memberikan botol lemon tea dingin itu padaku.
“Aku
sudah selesai sih, tapi aku bisa menemanimu makan. Bagaiman? Kau mau makan apa?
Aku traktir deh…”
“E-EH??
Ti-tidak usah oppa..A-Aku bisa bayar sendiri…dan makan..sendiri…Oppa bukannya
ada latihan siang ini?”
“Tidak
apa-apa, setelah menemanimu makan aku akan segera berangkat latihan, ya?”, ia
tersenyum lagi setelahnya dan semakin membuat jantungku tak karuan.
Akhirnya
aku menurut saja saat Gikwang oppa mengajakku untuk makan diluar kampus. Ia
malah mentraktirku disebuah restoran masakan jepang yang jaraknya tidak begitu
jauh dari kampus kami. Sekitar 15 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki.
Tadinya Gikwang oppa akan membawa moilnya, tapi karena cuaca saat itu juga
sejuk, terutama karena disamping kanan sepanjang trotoar selalu ditumbuhi
pohon, aku mengajaknya untuk jalan kaki saja berdua dan ia pun setuju. Ah, aku
bahagia sekali. Ia menggandeng tanganku sepanjang perjalanan dan kami bercerita
banyak hal. Beberapa meter sebelum akhirnya sampai, tiba-tiba ia berhenti dan
aku pun ikut berhenti disampingnya walaupun bingung.
“Oppa?”
“Ah
tidak…Aku hanya ingin tanya sesuatu padamu…”
Aku
tertegun untuk beberapa saat. Hembusan angin saat itu membuat rambutku menari
dengan indah. Tangannya masih memegang tanganku dan kini semakin erat. Aku
sungguh ingin tahu apa yang ingin ia katakan. Kupandang wajahnya yang tampan
itu, dan ia balik memandangku dengan matanya yang tajam itu. Dimataku, Gikwang
oppa begitu sempurna. Aku sangat menyukai rambutnya yang sedikit berantakan
seperti ini. Sulit untuk dipercaya kalau pemuda ini adalah milikku, dan kami
sudah menjalin hubungan selama lebih dari 2 setengah tahun. Doojoon oppa dan
Junhyung oppa lah yang pertama kali mengenalkannya padaku. Kini kami saling
berpandangan cukup lama tanpa berkata apapun.
“Shira…”,
ia lalu melepaskan tanganku dan mengambil sesuatu dari sakunya. Aku tidak bisa
berkata apapun lagi ketika akhirnya aku melihat sebuah kotak emas amat kecil
yang ia keluarkan dari sakunya. Mataku berkaca-kaca saat melihat benda yang ada
didalam kota kecil itu ketika ia membukanya dan menunjukkannya padaku.
“O-Oppa….”,
jantungku semakin berdebar ketika akhirnya ia berlutut didepanku sambil
menyodorkan benda bundar yang mungil dalam kota itu. Matanya samasekali tidak
lepas sedikitpun dari mataku.
“Shira,
mungkin tidak begitu menyenangkan melakukan ini ditempat seperti ini, tapi
jadwalku akan sangat padat dan aku tidak tahu kapan aku bisa sempat bertemu
denganmu lagi dalam waktu dekat ini. Kemungkinan besar besok sore pun aku sudah
harus kembali melakukan syuting yang jadwalnya tidak bisa dirubah. Jadi…”, ada
ketugangan pada suara dan wajahnya saat ia mengucapkannya.
Aku
menitikkan airmata kali ini.
“Maukah
kau menikah denganku?”
Perasaanku
campur aduk saat ini. Aku tidak bisa memikirkan apapun lagi. Aku bahkan tidak
pernah membayangkan hal ini sebelumnya, karena bagaimanapun aku hanya gadis
biasa, dan ia adalah seorang idola yang begitu dicintai fansnya. Tanpa bisa
mengatakan apapun lagi, aku mengangguk pelan dan menerima benda ditangannya itu
sambil tersenyum. Wajah Gikwang oppa saat itu langsung berubah lega, dan ia
langsung memelukku dengan erat.
“Saranghaeyo,
Shira…”, dan ia mengecup bibirku pelan.
9 Maret 20**, 2 hari sebelumnya…
“SHIRA!!!”
Aku
sedang menyapu halaman ketika oennie ku, Jia oennie, berlari sambil berlinang
air mata kearahku.
“O-Oennie…?”,
aku terbelalak ketika melihatnya.
“Pe-Pesawat
yang dinaiki Doojoon dan Junhyung…mengalami kecelakaan dan semuanya dinyatakan
tewas……”
Jia
oennie menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya dan ambruk
setelahnya.
“Shira! Minggu
depan kau ulang tahun kan sayang? Karena itu, 3 hari sebelum ulang tahunmu,
kita akan segera pulang!”, kata Doojoon oppa, ia mengedipkan sebelah matanya
setelahnya.
Itu
janji Doojoon oppa sebelum BEAST berangkat untuk konser mereka di Hongkong. Dan
sekarang, dunia dan jantungku seperti berhenti sesaat. Aku berjalan kearah Jia
oennie dengan kaki yang gemetaran. Semua…terjadi begitu…cepat…
11 Maret 20**, 05:45…
Pagi ini aku
terbangun lebih awal, sementara kedua oppa-ku dan oennie ku masih tertidur. Ini
tidak biasanya, mungkin karena aku lah yang tidur jauh lebih awal kemarin
malam. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat sarapan. Aku pun mulai
mengeluarkan panci dan beberapa bahan yang bisa aku masak untuk dibuat sarapan
pagi ini. Tidak ada salahnya sesekali memasak untuk semuanya.
“Wow,
kau bangun paling pagi hari ini!”
Aku
langsung berbalik dan melihat Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah berdiri
dibelakangku dengan rambut mereka yang masih berantakan dan kucel habis bangun
tidur.
“Ah,
oppa. Cuci muka kalian dulu dong sana!”
Doojoon
oppa mengacak-acak rambutku dengan lembut sambil tertawa. Sementara Junhyung
oppa menghampiri wastafel didekat dapur dan membasuh wajahnya.
“Entar
aja ah, aku bantuin masak yak!”, kata Doojoon oppa, ceria seperti biasanya.
“AA!
Oppa!”, aku berteriak kaget ketika Junhyung oppa tiba-tiba mengangkat tubuhku
dan berputar sekali. “Tu-turunkan aku!”, aku sedikit bersemu merah.
“Haha,
seperti biasa, Shira masih ringan ya. Kau seperti punya sepasang sayap.”, goda
Junhyung oppa.
“Kau
berlebihan oppa.”, aku sedikit cemberut, dan akhirnya ia menurunkanku. Ya, itu
memang kebiasaan yang dilakukan oppa ku yang satu ini ketika baru bangun tidur
dan melihatku. Entah kenapa dia suka sekali mengangkat tubuhku atau
kadang-kadang menggendongku ke kamarku dilantai dua kalau aku terlalu capek
untuk naik tangga setelah capek pulang dari kampusku.
“Yuk
masak. Aku juga mau ikut~”, seru Junhyung oppa.
Aku
membalasnya dengan tersenyum manis. “Ne~”
***
Dengan
bantuan Doojoon oppa dan Junhyung oppa, memasak jadi lebih cepat dan aku sangat
menikmatinya. Apalagi karena keduanya sering melontarkan candaan mereka.
Doojoon oppa pun suka melakukan keisengan yang berujung dimarahi oleh Junhyung
oppa karena satu butir telur yang dipegang Doojoon oppa jadi terlempar tepat
mengenai kepala Junhyung oppa. Aku hanya bisa tertawa ketika melihatnya.
Suasana pagi tidak akan pernah seceria ini kalau mereka tak ada.
“Haa~
Akhirnya sarapan kita jadi juga yak!”, Doojoon oppa sudah memegang sendok dan
garpu, siap menyantap sepiring nasi goreng dengan telur dadar yang ada
dihadapannya.
“Selamat
makan!”, Junhyung oppa langsung menyantap makanannya sesaat setelahnya.
“Emm,hari ini
aku pulangnya sore, oppa bisa jemput aku tidak?”, tanyaku disela-sela makan
kami.
(Fiction – BEAST)
[DooJoon] I still can’t forget you
I still can’t trust everything
Even today I can’t send you away like this
Aku
menunggu selama beberapa saat, namun ketika aku melihat kearah kursi
diseberangku, tidak ada siapapun disana…
“Doojoon..oppa….?”,
aku berbalik, melihat kearah dapur. Tapi tidak ada siapapun juga disana.
“Junhyung…oppa…?”,
aku bangkit dari dudukku dan melihat kesekelilingku, namun tidak ada mereka
berdua dimanapun.
“Shira?”,
tiba-tiba Jia oennie turun dari tangga dan langsung menghampiriku. “Ka-kamu
ngomong sama siapa sih?”
Aku
memandang Jia oennie yang baru bangun tanpa berkata apapun.
“Dan..”,
Jia oennie lalu melihat kearah meja. “Kamu nyiapin sarapan ya? Tapi kok yang
terisi hanya piringmu, dan kenapa ada dua piring kosong disana?”
Aku
terbelalak dan melihat kearah meja. Ya…Kedua piring itu kosong…Kenapa…?
“Aku
tadi membuat sarapan sama Doojoon oppa dan Junhyung oppa. Itu seharusnya piring
mereka.”, kataku.
Jia
oennie terbelalak kaget dan bibirnya bergetar. Ia mundur perlahan sampai
akhirnya tubuhnya mengenai tembok, kakinya masih bergetar hebat.
“Si-Siapa..?
Ka-kamu bercanda..ka-kan…?”, Jia oennie mulai menangis. Dan berlari menaiki
tangga meninggalkanku.
Aku
terdiam. Suasana di rumah itu sunyi sekali. Aku bahkan tidak mengerti kenapa
Jia oennie tiba-tiba berubah suram dan menangis…Aku kembali melihat kearah dua
piring kosong di meja. Seharusnya Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah
bangun….kan?
[JunHyung] I will rewrite it again, our story will not
end
I will bury fact that reality is seeping into my skin for now
I rewrite it once again, the start beginning with you and I smiling happily
In case you will leave me, the background is a small room without an
exit
11 Maret 20**, 09:50…
“Shira!!~”,
seru Yoseob oppa dan Hyunseung oppa dengan mata mereka yang berkaca-kaca, dan
mereka langsung memelukku ketika aku baru saja keluar dari mobil.
“Seobie
oppa~Seungia oppa~ Hihi, kalian pasti merindukan aku yak?”, aku balik memeluk
keduanya sambil iseng menggoda mereka.
“Aishh!!!
Kita sudah tidak ketemu 2 bulan karena jadwal tur BEAST yang padat. Huhuhu..aku
rindu masakanmu~”, kata Yoseob oppa manja.
“Besok
kan ulang tahunmu Shira, makanya setelah konser nanti malam, kita akan langsung
kerumahmu!”, Hyunseung oppa terlihat bersemangat.
“Asyik~
Oke! Tadi Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah memberitahuku.”
Aku
berdiri mematung ketika kusadari kalau sosok Seobie oppa dan Seungie oppa
perlahan menghilang sampai tidak ada siapapun lagi dihadapanku. Kulihat
sekelilingku untuk mencari Hyunseung oppa dan Yoseob oppa yang baru saja
berbicara denganku. Kenapa mereka tiba-tiba pergi sih?
“Seobie
oppa…? Seungie oppa…?”, aku mulai memanggil mereka sambil melihat lagi
kesekelilingku. Namun mereka berdua tidak ada, yang ada hanya mahasiswa lain
yang berjalan memasuki gerbang kampus.
“Shira-ah~
Kok kamu diam disini aja sih? Bukannya katamu kau mau ke perpustakaan?”, Teayeon,
sahabatku, sepertinya bingung melihatku seperti ini. Ada Thunder juga
disebelahnya. Kedua orang ini adalah sahabatku di kampus.
“Ah
ya..Aku memang akan ke perpustakaan. Hanya saja tadi aku sedang berbicara
dengan Seungie oppa dan Seobie oppa. Tapi mereka sepertinya sudah berangkat
latihan tanpa aku sadari ya..”, aku sedikit tertawa setelahnya. Namun wajah
Taeyeon berubah pucat saat itu juga. Ia menyentuh pipiku dengan lembut. Wajah
Thunder pun berubah seolah ia habis melihat hantu.
“Shira…Kamu,
baik-baik saja..?”, tanya Thunder cemas.
“Aku
kan baik-baik saja. Kok kamu nanyanya aneh sih..”, aku tersenyum, tapi Taeyeon dan
Thunder samasekali tidak tersenyum, mereka malah semakin berubah sedih dan itu
semakin membuatku bingung. Kurasa hari ini ternyata bukan hanya Jia oennie yang
sedang bersedih ya…
11 Maret 20**, 10:00…
Aku
baru saja ingat kalau aku harus meminjam buku dari perpustakaan untuk masuk ke
kelas pertama hari ini. Berhubung aku belum sempat membeli buku itu. Aku dan
Taeyeon mempercepat langkah kami menuju perpustakaan ketika kami sadar kalau 15
menit lagi kelas akan dimulai dan kami harus menuju ke perpustakaan dulu
sebelum itu.
Setelah
sampai perpustakaan, aku segera bertanya pada petugas disana untuk memberikan
informasi letak rak buku yang aku cari.
“Rak
201, deretan sebelah kiri ya.”, kata si petugas ramah.
“Kamsahamnida.”
Aku
buru-buru mencari rak yang dimaksud. Perpustakaan kampusku sangat besar,
mungkin sekitar ratusan atau mungkin jutaan buku disana, mulai dari buku baru
sampai buku-buku terbitan paling lama sekalipun.
“Ah,
ini dia.”, akhirnya aku berhasil menemukan buku yang kucari. Ada di dua rak
lebih tinggi dariku dan aku harus jinjit untuk mengambilnya. Namun ketika aku
berhasil menarik buku itu, tiba-tiba beberapa buku-buku disebelahnya mulai
berjatuhan dan semua buku itu menimpaku. Lho…?
“Shira!
Aduh, kamu kok diam saja sih, kukira kamu akan segera menghindar dari sana!”,
kata Thunder. Ia dan Taeyeon buru-buru menghampiriku sambil mengambil buku-buku
itu satu persatu.
“Tapi
Dongwoo oppa akan menarik lenganku ketika buku-buku ini terjatuh…”, kataku pada
mereka. Thunder dan Taeyeon langsung terdiam dan berhenti membereskan buku-buku
itu. mereka melihat dengan terkejut kearahku. Aku malah semakin bingung dengan
pandangan mereka saat itu.
“Shi-Shira..Ki-Kita
makan siang yuk setelah kuliah selesai…Y-Ya Thunder?”
“A-Ah..Ne..”,
Thunder tampak ragu-ragu.
Kenapa…?
Apa yang salah….?
[HyunSeung] Like this again (Fiction in Fiction)
I can’t forget you (Fiction in Fiction)
I am writing the story that will never end in my heart
11 Maret 20**, 12:00…
Huwaa~
Akhirnya kelas siang ini selesai. Masih ada kuliah lagi sih, untungnya itu baru
akan mulai jam 1 siang, jadi sekarang aku bisa mencari makan siang dulu. Yay!~
Aku pun mengajak Taeyeon dan Thunder untuk buru-buru menuju kantin karena
perutku juga sudah lapar dan aku sudah tidak sabar untuk makan siang.
“Aduh!”,
aku merasakan dingin pada pipiku. Ada sebuah tangan dari belakangku, memegang
kaleng lemon tea dingin dan sengaja mengenakannya pada pipiku. Ah, aku tahu
ini, siapa yang ada dibelakangku, pasti Gikwang oppa!
[YoSeob] I will hold on to you (Fiction in Fiction)
I won’t let you go (Fiction in Fiction in Fiction)
Even today, I’m in the story of you and I that hasn’t ended still, in
Fiction
I will say this again, one more time
Right now you are next to me
I’m believing like that
“Gikwang
oppa!”, aku langsung berbalik dengan tawa di bibirku.
Namun
bukan Gikwang oppa yang kulihat, melainkan Thunder. Aku terbelalak dan tawaku
langsung menghilang. Taeyeon yang berdiri disebelah Thunder pun kini bisa
kulihat terkejut dan sedih ketika baru saja kuucapkan nama kekasihku. Apa
yang…salah…?
“Shira…Eng,
ini..Kau pasti haus kan?”, Thunder memberikan kaleng lemon tea dingin itu
padaku. Aku menerimanya ragu-ragu sambil menunduk. Mataku masih menatap dengan
kosong. Dan kaleng lemon tea dingin itu pun terjatuh dengan sendirinya dari
pegangan tanganku yang kian melemas.
“Shi-Shira?”,
Taeyeon mulai cemas. Aku membelalak, menatap kedua sahabatku dengan ekspresi
antara sedih dan terkejut.
“Bukan…Seharusnya
bukan kalian yang disini menemaniku…bukan…”
“Shira..?
Kamu ini ngomong apa sih?? Tuh kan, kamu tidak baik-baik saja!”, kata Teayeon.
Aku
menggeleng. “Enggak…Aku memang baik-baik saja…Seharusnya hari ini aku..ah ya,
makan siang dengan Gikwang oppa…”, aku langsung berbalik setelahnya dan berlari
meninggalkan mereka.
“SHIRA!!
KAU MAU KEMANA??!!”, teriak Taeyeon.
“SHIRA!!”,
kali ini Thunder yang berteriak dan keduanya pun berlari mengejarku.
([DongWoon]But Fiction)
[JunHyung] I’m the writer who lost his purpose
The end of this novel, how am I supposed to write it
“Tentu saja! Aku dan Junhyung akan menjemputmu setelah segera setelah
konser kami berakhir hari ini, ya kan Junhyung?”
“Yep, tentu saja hyung! Langsung telepon aku atau Doojoon hyung aja ya
kalau kamu sudah selesai ya Shira. Lagipula besok kan ulang tahunmu, Hyunseung,
Yoseob, Gikwang dan Dongwoon juga akan maen kesini sekalian merayakan ulang tahunmu
sama-sama.”
“DOOJOON
OPPA! JUNHYUNG OPPA!!”, aku berteriak memanggil mereka sambil sesekali berputar
untuk melihat kesekelilingku, mencari dua sosok oppa yang kucintai.
Aku terus
berlari sepanjang trotoar, dinaungi oleh pepohonan yang berjejer disamping
kanannya.
“Aishh!!! Kita sudah tidak ketemu 2 bulan
karena jadwal tur BEAST yang padat. Huhuhu..aku rindu masakanmu~”, kata Yoseob oppa
manja.
“Besok kan ulang tahunmu Shira, makanya
setelah konser nanti malam, kita akan langsung kerumahmu!”, Hyunseung oppa
terlihat bersemangat.
“SEOBIE OPPA!
SEUNGIE OPPA!”, kali ini meneriakkan nama kedua sahabatku. Mereka sudah menjadi
sahabatku jauh sebelum aku mengenal Taeyeon dan Thunder di kampus.
“Lho? Ups!”, Dongwoon oppa langsung menutup
mulutnya dan cengengesan setelahnya. “Aduh, seharusnya itu kejutan ya. Aku
sudah membocorkannya. Bisa-bisa Junghyung hyung akan menghajarku…”
Aku mulai
melambatkan langkahku kali ini. “Dongwoon….op..pa…..”, mataku mulai
berkaca-kaca. Perasaanku semakin tak karuan. Kenapa mereka tidak ada?? Kemana
mereka?? Bukankah hari ini mereka sudah berjanji akan pulang menjelang hari
ulang tahunku??? KEMANA KALIAN…?? BUKANKAH TADI PAGI KALIAN SEMUA ADA
BERSAMAKU???
“Maukah kau menikah denganku?”
([DongWoon] My own Fiction)
[JunHyung] I love you, I love you, I love you, I love
you, I keep writing these 3 words
Akhirnya aku
menghentikan langkahku ketika kulihat Gikwang oppa berdiri tak jauh dariku. Ia
melihat kearahku sambil tersenyum. Senyum paling indah yang pernah kulihat…
“Saranghaeyo, Shira…”
“Oppa..Gikwang
oppa…”, tanganku mulai terangkat, mencoba untuk meraihnya.
“Nado..Saranghae…yo…oppa…Oppa, jangan pergi…”
Tak
lama setelahnya, Gikwang oppa yang tadinya tersenyum kini berubah sedih. Dan airmata
mulai mengalir dari matanya yang mulai terpejam. Ia menggeleng pelan. Sosoknya
pun mulai menghilang….Menjadi serpihan kaca yang amat kecil….Dan airmataku
pun…mengalir….tidak bisa dihentikan lagi…..
“GIKWANG
OPPA!!”
([DongWoon]Everything is Fiction)
[JunHyung]
Setting the warn out pen on the old paper strained in tears
“SHIRA!”
Baru saja aku akan berlari kearahnya, Thunder menarikku dan membuatku berbalik kearahnya. Ia memegang kedua pipiku yang sudah basah dengan airmata. Mataku masih terbelalak, namun mengeluarkan air mata yang tiada henti. Bisa kulihat Thunder di hadapanku kini menangis juga.
Baru saja aku akan berlari kearahnya, Thunder menarikku dan membuatku berbalik kearahnya. Ia memegang kedua pipiku yang sudah basah dengan airmata. Mataku masih terbelalak, namun mengeluarkan air mata yang tiada henti. Bisa kulihat Thunder di hadapanku kini menangis juga.
“Sudah…cukup…mereka
semua sudah..gak ada…Shira….”, bisiknya pelan. “Sudah…mereka tidak akan pernah
menyahut ketika kau memanggil…lagi….tidak akan pernah…..”
Kedua
tanganku kini mendekap tangan Thunder dengan gemetaran. Ah ya…Thunder
benar…Pantas saja…Tidak ada satupun dari mereka yang mendengarkanku bahkan
ketika aku sudah berteriak sekuat tenaga…Ya….Sekarang aku mengerti kenapa Jia
oennie menangis tadi pagi…Sekarang aku mengerti maksud dari ekspresi Taeyeon
dan Thunder tadi….
Semuanya….karena
aku ‘membuat’ mereka yang sudah tak ada menjadi nyata…Padahal mereka semua
sudah tidak ada….Aku hanya…membuat…bayang-bayang mereka…aku hanya…membuat..SEBUAH
FIKSI….
Tangisku
semakin menjadi dan akhirnya aku memeluk Thunder dengan erat, sementara Taeyeon
yang berjalan perlahan ke samping Thunder, mengusap punggungku. Aku sadar
Taeyeon pun sedang menangis melihatku, melihat sahabatnya yang sudah hancur
ini….
Aku
sadar betapa aku kehilangan kalian…Kehilangan orang-orang yang sangat
berarti…Tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan posisi mereka dalam
diriku…Tidak ada…Oppa…Doojoon oppa…Junhyung oppa…Seobie oppa…Seungie
oppa…Dongwoon oppa...Gikwang oppa....Kalian sudah gak ada…Hari yang kujalani
bersama kalian setelah kalian tiada, semuanya….hanyalah fiksi yang kubuat
sendiri…tak lebih…dari itu…TAK LEBIH…
12 Maret 20**, 16:00…
Cuaca sore ini
cukup mendung dan dingin. Aku berjalan sambil membawa enam bunga mawar merah
yang begitu cantik dan indah. Sepasang anting mungil berwarna perak dan
berbentuk hati yang kupakai merupakan pemberian Gikwang oppa di hari ulang
tahunku tahun lalu. Aku pun mengenakan mantel abu-abu yang diberikan Doojoon oppa
dan Junhyung oppa. Sepasang gelang hitam keemasan yang menghiasi tangan kiriku
adalah pemberian Seobie oppa, Seungie oppa, dan Dongwoon oppa…
Akhirnya
aku berhenti didepan 6 batu nisan yang berjejer. Aku menatap nama-nama mereka
yang terukir disana. Dan kulihat banyak sekali bunga-bunga yang ditaruh
diatasnya dan disekelilingnya. Aku sangat yakin itu pasti adalah pemberian dari
para B2UTY, fans setia mereka. Aku kembali menitikkan air mataku ketika
meletakkan keenam bungaku.
“Aku
mencintai kalian semua…”, kataku pelan. Dan mulai sekarang hidupku tidak akan
pernah sama lagi. Aku sangat menyadari itu. Bagiku, kehilangan orang tuaku
beberapa tahun lalu membuat diriku hancur sebagian. Tapi kini dengan ditambah
kehilangan mereka, maka aku pun benar-benar hancur…
SREEKKK…
Aku
buru-buru menghapus airmataku ketika sosok yang tampaknya sangat kukenal
tiba-tiba berlari cepat menuju hutan yang ada disebelah pemakaman ini. Karena
penasaran, aku pun berjalan menuju kearah sana, dan langkahku terhenti ketika
tanpa sengaja menginjak sebuah kotak kecil berwarna keemasan. Ah, sepertinya
aku pernah melihat kotak ini sebelumnya….Dimana ya..?
Aku
langsung mengambil kotak itu dan membukanya. Betapa terkejutnya aku ketika
melihat apa yang ada didalamnya….Itu…Sebuah cincin, cincin emas bermata perak. Lho,
tunggu dulu, i-ini kan…cincin yang sama seperti…hah?Aku melihat kearah hutan
yang tampaknya sedikit membuatku seram itu.
Hanya perasaanku
saja, atau sosok yang tadi kulihat memasuki hutan itu….
adalah Gikwang oppa….
~END~
AUTHOR's NOTES:
Ah…!!! Akhirnya ini adalah FF kedua yang berhasil kuselesaikan dari
sekian puluh FF yang tidak pernah berhasil aku selesaikan. (Setelah FF pertamaku
yang judulnya ‘I Don’t Need a Reason to Love You’). FF yang pertama itu
cast-nya aku dan semua member INFINITE. Mungkin aku akan mencoba untuk
menge-postnya nanti, berhubung aku sedang mencari inspirasi untuk mngedit
gambar untuk ceritanya… ^_^ YAY!!~
aku memang hobi membuat FF, tapi nyaris tidak pernah ada yang selesai
sampai akhir! TT___TT Percaya atau tidak, aku udah mulai menulis FF sejak awal
SMA, tapi gak ada satupun yang ceritanya selesai.. =,=’’ haduh.. *saksi: adekku
tercinta si Hyuu Raiseki*
Makanya, karena sekarang sudah ada setidaknya 2 FF-ku yang berhasil, makanya
aku senang sekali~ XD hahay!
Terima kasih buat yang sudah mau membaca v(^_^)v
Jika kalian punya masukan atau usul atau apapun, silahkan beritahu aku,
oke? Sebenarnya cerita ini bisa jadi tamat atau malah baru awal dari sebuah
cerita yang lain, tapi itu tergantung bagaimana kalian memandangnya tentu saja.
Hehehe…Sebenernya sih, harusnya masih ada lanjutannya kenapa karakterku bisa
liat sekelebat bayangan si Gikwang, tapi…saya terlalu malas euy lanjutinnya u,u’’
*dilempar duren*
Lalalalala~ Makasih semuanya~ :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar