13 Juli 2012

JUNIEL - Illa Illa

ttaseuhage buneun hyanggiroun baram nae du bore seuchimyeon nan, saranghaetdeon geudae eolguri tteo-oreujyo
oh~ gilga-e sumeoseon ireumdo moreuneun deulkkochi pil ttaejjeumen, gieok jeo pyeone gamcwo dun geudaega tteo-oreujyo
My baby illa illa illa, baby illa illa illa, baby illa illa illa
Never forget love

cheot sarangeun areumdawoseo cheot sarangeun kkochiramnida bomi omyeon hwaljjak pineun o~ nuni bushin kkot-cheoreom
cheot sarangeun eorin-ae cheorom cheot sarangeun seotureumnida sarangeul akkim-eopshi jugo gatjil mothanikka
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, na-eui sarang good-bye

kkaman bamhaneure geuryeo-inneun byeori geudae chu-eok bulleo-omyeon, oraen ilgijang sogeseo geudael kkeonaebomnida
My baby illa illa illa, baby illa illa illa, baby illa illa illa
Never forget love

cheot sarangeun areumdawoseo cheot sarangeun kkochiramnida bomi omyeon hwaljjak pineun o~ nuni bushin kkot-cheoreom
cheot sarangeun eorin-ae cheorom cheot sarangeun seotureumnida sarangeul akkim-eopshi jugo gatjil mothanikka
geuttaen eoryeoseo geuttaen mollatjyo o~ ijen al geot gateunde
nan geudael geurimyeo bulleobojyoilla illa illa illa, illa illa illa

illa illa illa illa, never forget love
cheot sarangeun apeun geol bomyeon cheot sarangeun yeolbyeong-imnida jeongshin eopshi algo namyeon o~ eoreuni doenikkayo
cheot sarangeun andoenikkayo cheot sarangeun miryeon-imnida neomuna manhi saranghaeseo gat jil mothanikka
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, 나의 사랑 good-bye
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, na-eui sarang good-bye
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, 나의 사랑 good-bye
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, na-eui sarang good-bye

English Translation Lyrics

When the warm and scented wind passes by my cheeks
I think of your face that I used to love
Oh, when the wild, unknown flowers bloom hidden on the streets
I think of you, whom I hide away in my memories
My baby illa illa illa, baby illa illa illa, baby illa illa illa
Never forget love

* Because first love is beautiful, a first love is a flower
Blooming widely when spring comes – dazzling like a flower
Like a young child, a first love is inexperienced
Because you can’t unconditionally give and take love
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa,
My love, good-bye

When the stars drawn out on the night sky bring up your memories,
I take you out of my old diaries
My baby illa illa illa, baby illa illa illa, baby illa illa illa
Never forget love

* Repeat

I was young back then, I didn’t know any better
Now I think I will know
I call out to you as I draw you out
illa illa illa illa, illa illa illa
illa illa illa illa, never forget love
Seeing as a first love is painful, a first love is like a fever
Because after you are mindlessly sick, you become an adult
Because a first love can never be, a first love is lingering attachment
Because you can’t have it since you loved too much
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, my love, good-bye
illa illa illa, illa illa illa, illa illa illa, my love, good-bye

04 Juli 2012

You're Just My Own Fiction, oppa...


Ini FF dibuat sebelum aku memakai Suzy jadi karakter tetapku. Ini FF tahun lalu. ^o^)/ hahaha~yang baru bakal di post segera~
Enjoy~
 
You’re Just My Own Fiction, oppa…
Fanfiction by: Shirahime Lucifer

Cast:
Yoon Hye In (Soo Ae) as Yoon Shira
Yoon Doojoon – BEAST as himself
Jang Hyunseung – BEAST as himself
Yong Junhyung – BEAST as Yoon Junhyung
Yang Yoseob – BEAST as himself
Lee Gikwang – BEAST as himself
Son Dongwoon – BEAST as himself
Jia – Miss A as Yoon Jia
Kim Taeyeon – SNSD as herself
Thunder – MBLAQ as himself

NB: Yoon Hye In adalah karakter di serial Athena: Goddess of War yang diperanin Soo Ae, berhubung aq  suka banget sama karakter Yoon Hye In, dan berbagai ekspresi serta perawakannya sangat pas dengan yang aku bayangkan dan inginkan untuk jadi diriku. Maka jadilah disini sosok dy adalah aq ^^ hohoho~
FF ini kubuat karena terinspirasi dari lagu dan MV Fiction – BEAST dan MV Follow Your Soul – 2PM.

~Shira's POV~

~Shira, Doojoon, and Junhyung~
11 Maret 20**, 05:45…
                Pagi ini aku terbangun lebih awal, sementara kedua oppa-ku dan oennie ku masih tertidur. Ini tidak biasanya, mungkin karena aku lah yang tidur jauh lebih awal kemarin malam. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat sarapan. Aku pun mulai mengeluarkan panci dan beberapa bahan yang bisa aku masak untuk dibuat sarapan pagi ini. Tidak ada salahnya sesekali memasak untuk semuanya.
                “Wow, kau bangun paling pagi hari ini!”
                Aku langsung berbalik dan melihat Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah berdiri dibelakangku dengan rambut mereka yang masih berantakan dan kucel habis bangun tidur.
                “Ah, oppa. Cuci muka kalian dulu dong sana!”
                Doojoon oppa mengacak-acak rambutku dengan lembut sambil tertawa. Sementara Junhyung oppa menghampiri wastafel didekat dapur dan membasuh wajahnya.
                “Entar aja ah, aku bantuin masak yak!”, kata Doojoon oppa, ceria seperti biasanya.
                “AA! Oppa!”, aku berteriak kaget ketika Junhyung oppa tiba-tiba mengangkat tubuhku dan berputar sekali. “Tu-turunkan aku oppa!”, aku sedikit bersemu merah.
                “Haha, seperti biasa, Shira masih ringan ya. Kau seperti punya sepasang sayap.”, goda Junhyung oppa.
                “Kau berlebihan oppa.”, aku sedikit cemberut, dan akhirnya ia menurunkanku. Ya, itu memang kebiasaan yang dilakukan oppa ku yang satu ini ketika baru bangun tidur dan melihatku. Entah kenapa dia suka sekali mengangkat tubuhku atau kadang-kadang menggendongku ke kamarku dilantai dua kalau aku terlalu capek untuk naik tangga setelah capek pulang dari kampusku.
                “Yuk masak. Aku juga mau ikut~”, seru Junhyung oppa.
                Aku membalasnya dengan tersenyum manis. “Ne~”
***
                Dengan bantuan Doojoon oppa dan Junhyung oppa, memasak jadi lebih cepat dan aku sangat menikmatinya. Apalagi karena keduanya sering melontarkan candaan mereka. Doojoon oppa pun suka melakukan keisengan yang berujung dimarahi oleh Junhyung oppa karena satu butir telur yang dipegang Doojoon oppa jadi terlempar tepat mengenai kepala Junhyung oppa. Aku hanya bisa tertawa ketika melihatnya. Suasana pagi tidak akan pernah seceria ini kalau mereka tak ada.
                “Haa~ Akhirnya sarapan kita jadi juga yak!”, Doojoon oppa sudah memegang sendok dan garpu, siap menyantap sepiring nasi goreng dengan telur dadar yang ada dihadapannya.
                “Selamat makan!”, Junhyung oppa langsung menyantap makanannya sesaat setelahnya.
                “Emm,hari ini aku pulangnya sore, oppa bisa jemput aku tidak?”, tanyaku disela-sela makan kami.
                Doojoon oppa yang sedang menyantap sarapannya langsung melihatku sambil tersenyum. “Tentu saja! Aku dan Junhyung akan menjemputmu setelah segera setelah konser kami berakhir hari ini, ya kan Junhyung?”
                “Yep, tentu saja hyung! Langsung telepon aku atau Doojoon hyung aja ya kalau kamu sudah selesai ya Shira. Lagipula besok kan ulang tahunmu, Hyunseung, Yoseob, Gikwang dan Dongwoon juga akan maen kesini sekalian merayakan ulang tahunmu sama-sama.”
                “He?? Mereka semua juga?? Asyik~! Oke oppa!”

~Shira, Hyunseung, and Yoseob~
11 Maret 20**, 09:50…
                “Shira!!~”, seru Yoseob oppa dan Hyunseung oppa dengan mata mereka yang berkaca-kaca, dan mereka langsung memelukku ketika aku baru saja keluar dari mobil.
                “Seobie oppa~Seungia oppa~ Hihi, kalian pasti merindukan aku yak?”, aku balik memeluk keduanya sambil iseng menggoda mereka.
                “Aishh!!! Kita sudah tidak ketemu 2 bulan karena jadwal tur BEAST yang padat. Huhuhu..aku rindu masakanmu~”, kata Yoseob oppa manja.
                “Besok kan ulang tahunmu Shira, makanya setelah konser nanti malam, kita akan langsung kerumahmu!”, Hyunseung oppa terlihat bersemangat.
                “Asyik~ Oke! Tadi Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah memberitahuku.”
                “Aish, curang nih mereka udah ngasih tau!”, Hyunseung oppa cemberut. Ia kembali tersenyum setelah aku mencubit pipinya pelan. Tiba-tiba kaca mobilku terbuka perlahan. Bisa kulihat Junhyung oppa dengan kacamata hitamnya, duduk dikursi sebelah Doojoon oppa yang mengemudikan mobil.
                “Ya!! Seobie! Seungie! Cepet kalian masuk! Kita kan mau latihan buat tampil malem ini!”, seru Doojoon oppa dari dalam mobil.
                “WUA!! Oh iya! Kalau begitu sampai nanti malam Shira!”, kata Yoseob oppa. Ia mencium pipiku sebelum masuk ke dalam mobil, dan aku cukup tersipu malu. Hyunseung oppa masuk setelahnya.
                “Ya!! Seobie! Seenaknya nyium-nyium adekku! Awas kau!”, ancam Junhyung oppa.
                “Idihh, dasar brother-sister complex!”, kata Yoseob oppa sambil memeletkan lidahnya.
                “Shira, nanti kalau kau ketemu Gikwang dan Dongwoon suruh mereka untuk segera ke tempat latihan
                “Oke oppa.”
                “Sampai ketemu nanti malam ya Shira!”, kata Hyunseung oppa dan Yoseob oppa bersamaan.
                “Ne~Semoga konser kalian berjalan lancar!”, aku melambaikan tangan pada kedua oppa-ku dan kedua sahabatku. Ah, mereka sudah semakin sibuk saja, dan aku bangga mereka sudah sukses seperti ini.

~Shira and Dongwoon~
11 Maret 20**, 10:00…
                Aku baru saja ingat kalau aku harus meminjam buku dari perpustakaan untuk masuk ke kelas pertama hari ini. Berhubung aku belum sempat membeli buku itu. Kupercepat langkahku menuju perpustakaan ketika kusadari kalau 15 menit lagi kelas akan dimulai dan aku harus menuju ke perpustakaan dulu sebelum itu.
                Setelah sampai perpustakaan, aku segera bertanya pada petugas disana untuk memberikan informasi letak rak buku yang aku cari.
                “Rak 201, deretan sebelah kiri ya.”, kata si petugas ramah.
                “Kamsahamnida.”
                Aku buru-buru mencari rak yang dimaksud. Perpustakaan kampusku sangat besar, mungkin sekitar ratusan atau mungkin jutaan buku disana, mulai dari buku baru sampai buku-buku terbitan paling lama sekalipun.
                “Ah, ini dia.”, akhirnya aku berhasil menemukan buku yang kucari. Ada di dua rak lebih tinggi dariku dan aku harus jinjit untuk mengambilnya. Namun ketika aku berhasil menarik buku itu, tiba-tiba beberapa buku-buku disebelahnya mulai berjatuhan dan nyaris saja menimpaku kalau tidak ada seseorang yang menarik lenganku untuk menghindar.
                “Aish, nyaris saja lho Shira.”
                Aku terbelalak kaget ketika melihat pemuda tinggi yang tadi menarik lenganku.
                “Dongwoon oppa?”
                “Haha, aku tadi baru saja mau keluar perpustakaan ketika akhirnya aku melihatmu berjalan kearah sini. Kau sedang mencari apa?”
                “Oh, aku mencari buku ini. Untuk kelas berikutnya, hehe..Aku belum sempat beli.”, jawabku.
                “Oh, kalau begitu besok kita cari bagaimana? Besok kami sudah merencanakan untuk mengosongkan jadwa apapun dalam rangka ulang tahunmu.”
                “HAH?? Doojoon oppa dan Junhyung oppa tidak bilang apa-apa soal itu padaku.”, aku terbelalak kaget ketika mendengar mereka sampai mengosongkan jadwal mereka untukku.
                “Lho? Ups!”, Dongwoon oppa langsung menutup mulutnya dan cengengesan setelahnya. “Aduh, seharusnya itu kejutan ya. Aku sudah membocorkannya. Bisa-bisa Junghyung hyung akan menghajarku…”
                “=,=’’’ haduh oppa…Kau ini ada-ada saja..”, meski aku berkata begitu, aku tetap saja begitu bahagia karena bisa menghabiskan hari istimewaku besok bersama-sama dengan mereka. “Ah ya!”, aku teringat akan pesan Junhyung oppa tadi. “Oppa, katanya kau disuruh untuk langsung ke tempat latihan setelah kuliah hari ini selesai lho.”
                “Aku sudah selesai kok. Hari ini Cuma ada kelas pagi. Kalau begitu aku pergi sekarang ya Shira, sampai nanti malam.”, katanya sambil mengacak rambutku. Hahh…Doojoon oppa dan Dongwoon oppa suka sekali mengacak-acak rambutku.

~Shira and Gikwang~
11 Maret 20**, 12:00…
                Huwaa~ Akhirnya kelas siang ini selesai. Masih ada kuliah lagi sih, untungnya itu baru akan mulai jam 1 siang, jadi sekarang aku bisa mencari makan siang dulu. Yay!~ Aku pun buru-buru menuju kantin karena perutku juga sudah lapar dan aku sudah tidak sabar untuk makan siang.
                “Aduh!”, aku merasakan dingin pada pipiku. Ada sebuah tangan dari belakangku, memegang kaleng lemon tea dingin dan sengaja mengenakannya pada pipiku. Ketika aku berbalik, ternyata itu Gikwang oppa.
                “Kau baru mau makan siang ya?”, tanyanya ramah. Pipiku langsung bersemu merah ketika melihat senyum diwajahnya yang tampan itu.
                “Ah…I-Iya oppa…”, aku hanya bisa menunduk malu. Ia kemudian menggandeng tanganku setelah memberikan botol lemon tea dingin itu padaku.
                “Aku sudah selesai sih, tapi aku bisa menemanimu makan. Bagaiman? Kau mau makan apa? Aku traktir deh…”
                “E-EH?? Ti-tidak usah oppa..A-Aku bisa bayar sendiri…dan makan..sendiri…Oppa bukannya ada latihan siang ini?”
                “Tidak apa-apa, setelah menemanimu makan aku akan segera berangkat latihan, ya?”, ia tersenyum lagi setelahnya dan semakin membuat jantungku tak karuan.
                Akhirnya aku menurut saja saat Gikwang oppa mengajakku untuk makan diluar kampus. Ia malah mentraktirku disebuah restoran masakan jepang yang jaraknya tidak begitu jauh dari kampus kami. Sekitar 15 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki. Tadinya Gikwang oppa akan membawa moilnya, tapi karena cuaca saat itu juga sejuk, terutama karena disamping kanan sepanjang trotoar selalu ditumbuhi pohon, aku mengajaknya untuk jalan kaki saja berdua dan ia pun setuju. Ah, aku bahagia sekali. Ia menggandeng tanganku sepanjang perjalanan dan kami bercerita banyak hal. Beberapa meter sebelum akhirnya sampai, tiba-tiba ia berhenti dan aku pun ikut berhenti disampingnya walaupun bingung.
                “Oppa?”
                “Ah tidak…Aku hanya ingin tanya sesuatu padamu…”
                Aku tertegun untuk beberapa saat. Hembusan angin saat itu membuat rambutku menari dengan indah. Tangannya masih memegang tanganku dan kini semakin erat. Aku sungguh ingin tahu apa yang ingin ia katakan. Kupandang wajahnya yang tampan itu, dan ia balik memandangku dengan matanya yang tajam itu. Dimataku, Gikwang oppa begitu sempurna. Aku sangat menyukai rambutnya yang sedikit berantakan seperti ini. Sulit untuk dipercaya kalau pemuda ini adalah milikku, dan kami sudah menjalin hubungan selama lebih dari 2 setengah tahun. Doojoon oppa dan Junhyung oppa lah yang pertama kali mengenalkannya padaku. Kini kami saling berpandangan cukup lama tanpa berkata apapun.
                “Shira…”, ia lalu melepaskan tanganku dan mengambil sesuatu dari sakunya. Aku tidak bisa berkata apapun lagi ketika akhirnya aku melihat sebuah kotak emas amat kecil yang ia keluarkan dari sakunya. Mataku berkaca-kaca saat melihat benda yang ada didalam kota kecil itu ketika ia membukanya dan menunjukkannya padaku.
                “O-Oppa….”, jantungku semakin berdebar ketika akhirnya ia berlutut didepanku sambil menyodorkan benda bundar yang mungil dalam kota itu. Matanya samasekali tidak lepas sedikitpun dari mataku.
                “Shira, mungkin tidak begitu menyenangkan melakukan ini ditempat seperti ini, tapi jadwalku akan sangat padat dan aku tidak tahu kapan aku bisa sempat bertemu denganmu lagi dalam waktu dekat ini. Kemungkinan besar besok sore pun aku sudah harus kembali melakukan syuting yang jadwalnya tidak bisa dirubah. Jadi…”, ada ketugangan pada suara dan wajahnya saat ia mengucapkannya.
                Aku menitikkan airmata kali ini.
                “Maukah kau menikah denganku?”
               Perasaanku campur aduk saat ini. Aku tidak bisa memikirkan apapun lagi. Aku bahkan tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya, karena bagaimanapun aku hanya gadis biasa, dan ia adalah seorang idola yang begitu dicintai fansnya. Tanpa bisa mengatakan apapun lagi, aku mengangguk pelan dan menerima benda ditangannya itu sambil tersenyum. Wajah Gikwang oppa saat itu langsung berubah lega, dan ia langsung memelukku dengan erat.
                “Saranghaeyo, Shira…”, dan ia mengecup bibirku pelan.

9 Maret 20**, 2 hari sebelumnya…
                “SHIRA!!!”
                Aku sedang menyapu halaman ketika oennie ku, Jia oennie, berlari sambil berlinang air mata kearahku.
                “O-Oennie…?”, aku terbelalak ketika melihatnya.
                “Pe-Pesawat yang dinaiki Doojoon dan Junhyung…mengalami kecelakaan dan semuanya dinyatakan tewas……”
                Jia oennie menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya dan ambruk setelahnya.
                “Shira! Minggu depan kau ulang tahun kan sayang? Karena itu, 3 hari sebelum ulang tahunmu, kita akan segera pulang!”, kata Doojoon oppa, ia mengedipkan sebelah matanya setelahnya.
                Itu janji Doojoon oppa sebelum BEAST berangkat untuk konser mereka di Hongkong. Dan sekarang, dunia dan jantungku seperti berhenti sesaat. Aku berjalan kearah Jia oennie dengan kaki yang gemetaran. Semua…terjadi begitu…cepat…

11 Maret 20**, 05:45…
                Pagi ini aku terbangun lebih awal, sementara kedua oppa-ku dan oennie ku masih tertidur. Ini tidak biasanya, mungkin karena aku lah yang tidur jauh lebih awal kemarin malam. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat sarapan. Aku pun mulai mengeluarkan panci dan beberapa bahan yang bisa aku masak untuk dibuat sarapan pagi ini. Tidak ada salahnya sesekali memasak untuk semuanya.
                “Wow, kau bangun paling pagi hari ini!”
                Aku langsung berbalik dan melihat Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah berdiri dibelakangku dengan rambut mereka yang masih berantakan dan kucel habis bangun tidur.
                “Ah, oppa. Cuci muka kalian dulu dong sana!”
                Doojoon oppa mengacak-acak rambutku dengan lembut sambil tertawa. Sementara Junhyung oppa menghampiri wastafel didekat dapur dan membasuh wajahnya.
                “Entar aja ah, aku bantuin masak yak!”, kata Doojoon oppa, ceria seperti biasanya.
                “AA! Oppa!”, aku berteriak kaget ketika Junhyung oppa tiba-tiba mengangkat tubuhku dan berputar sekali. “Tu-turunkan aku!”, aku sedikit bersemu merah.
                “Haha, seperti biasa, Shira masih ringan ya. Kau seperti punya sepasang sayap.”, goda Junhyung oppa.
                “Kau berlebihan oppa.”, aku sedikit cemberut, dan akhirnya ia menurunkanku. Ya, itu memang kebiasaan yang dilakukan oppa ku yang satu ini ketika baru bangun tidur dan melihatku. Entah kenapa dia suka sekali mengangkat tubuhku atau kadang-kadang menggendongku ke kamarku dilantai dua kalau aku terlalu capek untuk naik tangga setelah capek pulang dari kampusku.
                “Yuk masak. Aku juga mau ikut~”, seru Junhyung oppa.
                Aku membalasnya dengan tersenyum manis. “Ne~”
***
                Dengan bantuan Doojoon oppa dan Junhyung oppa, memasak jadi lebih cepat dan aku sangat menikmatinya. Apalagi karena keduanya sering melontarkan candaan mereka. Doojoon oppa pun suka melakukan keisengan yang berujung dimarahi oleh Junhyung oppa karena satu butir telur yang dipegang Doojoon oppa jadi terlempar tepat mengenai kepala Junhyung oppa. Aku hanya bisa tertawa ketika melihatnya. Suasana pagi tidak akan pernah seceria ini kalau mereka tak ada.
                “Haa~ Akhirnya sarapan kita jadi juga yak!”, Doojoon oppa sudah memegang sendok dan garpu, siap menyantap sepiring nasi goreng dengan telur dadar yang ada dihadapannya.
                “Selamat makan!”, Junhyung oppa langsung menyantap makanannya sesaat setelahnya.
                “Emm,hari ini aku pulangnya sore, oppa bisa jemput aku tidak?”, tanyaku disela-sela makan kami.
(Fiction – BEAST)
[DooJoon] I still can’t forget you
I still can’t trust everything
Even today I can’t send you away like this
                Aku menunggu selama beberapa saat, namun ketika aku melihat kearah kursi diseberangku, tidak ada siapapun disana…
                “Doojoon..oppa….?”, aku berbalik, melihat kearah dapur. Tapi tidak ada siapapun juga disana.
                “Junhyung…oppa…?”, aku bangkit dari dudukku dan melihat kesekelilingku, namun tidak ada mereka berdua dimanapun.
                “Shira?”, tiba-tiba Jia oennie turun dari tangga dan langsung menghampiriku. “Ka-kamu ngomong sama siapa sih?”
                Aku memandang Jia oennie yang baru bangun tanpa berkata apapun.
                “Dan..”, Jia oennie lalu melihat kearah meja. “Kamu nyiapin sarapan ya? Tapi kok yang terisi hanya piringmu, dan kenapa ada dua piring kosong disana?”
                Aku terbelalak dan melihat kearah meja. Ya…Kedua piring itu kosong…Kenapa…?
                “Aku tadi membuat sarapan sama Doojoon oppa dan Junhyung oppa. Itu seharusnya piring mereka.”, kataku.
                Jia oennie terbelalak kaget dan bibirnya bergetar. Ia mundur perlahan sampai akhirnya tubuhnya mengenai tembok, kakinya masih bergetar hebat.
                “Si-Siapa..? Ka-kamu bercanda..ka-kan…?”, Jia oennie mulai menangis. Dan berlari menaiki tangga meninggalkanku.
                Aku terdiam. Suasana di rumah itu sunyi sekali. Aku bahkan tidak mengerti kenapa Jia oennie tiba-tiba berubah suram dan menangis…Aku kembali melihat kearah dua piring kosong di meja. Seharusnya Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah bangun….kan?

[JunHyung] I will rewrite it again, our story will not end
I will bury fact that reality is seeping into my skin for now
I rewrite it once again, the start beginning with you and I smiling happily
In case you will leave me, the background is a small room without an exit

11 Maret 20**, 09:50…
                “Shira!!~”, seru Yoseob oppa dan Hyunseung oppa dengan mata mereka yang berkaca-kaca, dan mereka langsung memelukku ketika aku baru saja keluar dari mobil.
                “Seobie oppa~Seungia oppa~ Hihi, kalian pasti merindukan aku yak?”, aku balik memeluk keduanya sambil iseng menggoda mereka.
                “Aishh!!! Kita sudah tidak ketemu 2 bulan karena jadwal tur BEAST yang padat. Huhuhu..aku rindu masakanmu~”, kata Yoseob oppa manja.
                “Besok kan ulang tahunmu Shira, makanya setelah konser nanti malam, kita akan langsung kerumahmu!”, Hyunseung oppa terlihat bersemangat.
                “Asyik~ Oke! Tadi Doojoon oppa dan Junhyung oppa sudah memberitahuku.”
                Aku berdiri mematung ketika kusadari kalau sosok Seobie oppa dan Seungie oppa perlahan menghilang sampai tidak ada siapapun lagi dihadapanku. Kulihat sekelilingku untuk mencari Hyunseung oppa dan Yoseob oppa yang baru saja berbicara denganku. Kenapa mereka tiba-tiba pergi sih?
                “Seobie oppa…? Seungie oppa…?”, aku mulai memanggil mereka sambil melihat lagi kesekelilingku. Namun mereka berdua tidak ada, yang ada hanya mahasiswa lain yang berjalan memasuki gerbang kampus.
                “Shira-ah~ Kok kamu diam disini aja sih? Bukannya katamu kau mau ke perpustakaan?”, Teayeon, sahabatku, sepertinya bingung melihatku seperti ini. Ada Thunder juga disebelahnya. Kedua orang ini adalah sahabatku di kampus.
                “Ah ya..Aku memang akan ke perpustakaan. Hanya saja tadi aku sedang berbicara dengan Seungie oppa dan Seobie oppa. Tapi mereka sepertinya sudah berangkat latihan tanpa aku sadari ya..”, aku sedikit tertawa setelahnya. Namun wajah Taeyeon berubah pucat saat itu juga. Ia menyentuh pipiku dengan lembut. Wajah Thunder pun berubah seolah ia habis melihat hantu.
                “Shira…Kamu, baik-baik saja..?”, tanya Thunder cemas.
                “Aku kan baik-baik saja. Kok kamu nanyanya aneh sih..”, aku tersenyum, tapi Taeyeon dan Thunder samasekali tidak tersenyum, mereka malah semakin berubah sedih dan itu semakin membuatku bingung. Kurasa hari ini ternyata bukan hanya Jia oennie yang sedang bersedih ya…
11 Maret 20**, 10:00…
                Aku baru saja ingat kalau aku harus meminjam buku dari perpustakaan untuk masuk ke kelas pertama hari ini. Berhubung aku belum sempat membeli buku itu. Aku dan Taeyeon mempercepat langkah kami menuju perpustakaan ketika kami sadar kalau 15 menit lagi kelas akan dimulai dan kami harus menuju ke perpustakaan dulu sebelum itu.
                Setelah sampai perpustakaan, aku segera bertanya pada petugas disana untuk memberikan informasi letak rak buku yang aku cari.
                “Rak 201, deretan sebelah kiri ya.”, kata si petugas ramah.
                “Kamsahamnida.”
                Aku buru-buru mencari rak yang dimaksud. Perpustakaan kampusku sangat besar, mungkin sekitar ratusan atau mungkin jutaan buku disana, mulai dari buku baru sampai buku-buku terbitan paling lama sekalipun.
                “Ah, ini dia.”, akhirnya aku berhasil menemukan buku yang kucari. Ada di dua rak lebih tinggi dariku dan aku harus jinjit untuk mengambilnya. Namun ketika aku berhasil menarik buku itu, tiba-tiba beberapa buku-buku disebelahnya mulai berjatuhan dan semua buku itu menimpaku. Lho…?
                “Shira! Aduh, kamu kok diam saja sih, kukira kamu akan segera menghindar dari sana!”, kata Thunder. Ia dan Taeyeon buru-buru menghampiriku sambil mengambil buku-buku itu satu persatu.
                “Tapi Dongwoo oppa akan menarik lenganku ketika buku-buku ini terjatuh…”, kataku pada mereka. Thunder dan Taeyeon langsung terdiam dan berhenti membereskan buku-buku itu. mereka melihat dengan terkejut kearahku. Aku malah semakin bingung dengan pandangan mereka saat itu.
                “Shi-Shira..Ki-Kita makan siang yuk setelah kuliah selesai…Y-Ya Thunder?”
                “A-Ah..Ne..”, Thunder tampak ragu-ragu.
                Kenapa…? Apa yang salah….?

[HyunSeung] Like this again (Fiction in Fiction)
I can’t forget you (Fiction in Fiction)
I am writing the story that will never end in my heart
11 Maret 20**, 12:00…
                Huwaa~ Akhirnya kelas siang ini selesai. Masih ada kuliah lagi sih, untungnya itu baru akan mulai jam 1 siang, jadi sekarang aku bisa mencari makan siang dulu. Yay!~ Aku pun mengajak Taeyeon dan Thunder untuk buru-buru menuju kantin karena perutku juga sudah lapar dan aku sudah tidak sabar untuk makan siang.
                “Aduh!”, aku merasakan dingin pada pipiku. Ada sebuah tangan dari belakangku, memegang kaleng lemon tea dingin dan sengaja mengenakannya pada pipiku. Ah, aku tahu ini, siapa yang ada dibelakangku, pasti Gikwang oppa!

[YoSeob] I will hold on to you (Fiction in Fiction)
I won’t let you go (Fiction in Fiction in Fiction)
Even today, I’m in the story of you and I that hasn’t ended still, in Fiction
I will say this again, one more time
Right now you are next to me
I’m believing like that
               
                “Gikwang oppa!”, aku langsung berbalik dengan tawa di bibirku.
                Namun bukan Gikwang oppa yang kulihat, melainkan Thunder. Aku terbelalak dan tawaku langsung menghilang. Taeyeon yang berdiri disebelah Thunder pun kini bisa kulihat terkejut dan sedih ketika baru saja kuucapkan nama kekasihku. Apa yang…salah…?
                “Shira…Eng, ini..Kau pasti haus kan?”, Thunder memberikan kaleng lemon tea dingin itu padaku. Aku menerimanya ragu-ragu sambil menunduk. Mataku masih menatap dengan kosong. Dan kaleng lemon tea dingin itu pun terjatuh dengan sendirinya dari pegangan tanganku yang kian melemas.
                “Shi-Shira?”, Taeyeon mulai cemas. Aku membelalak, menatap kedua sahabatku dengan ekspresi antara sedih dan terkejut.
                “Bukan…Seharusnya bukan kalian yang disini menemaniku…bukan…”
                “Shira..? Kamu ini ngomong apa sih?? Tuh kan, kamu tidak baik-baik saja!”, kata Teayeon.
                Aku menggeleng. “Enggak…Aku memang baik-baik saja…Seharusnya hari ini aku..ah ya, makan siang dengan Gikwang oppa…”, aku langsung berbalik setelahnya dan berlari meninggalkan mereka.
                “SHIRA!! KAU MAU KEMANA??!!”, teriak Taeyeon.
                “SHIRA!!”, kali ini Thunder yang berteriak dan keduanya pun berlari mengejarku.

([DongWoon]But Fiction)
[JunHyung] I’m the writer who lost his purpose
The end of this novel, how am I supposed to write it

“Tentu saja! Aku dan Junhyung akan menjemputmu setelah segera setelah konser kami berakhir hari ini, ya kan Junhyung?”
“Yep, tentu saja hyung! Langsung telepon aku atau Doojoon hyung aja ya kalau kamu sudah selesai ya Shira. Lagipula besok kan ulang tahunmu, Hyunseung, Yoseob, Gikwang dan Dongwoon juga akan maen kesini sekalian merayakan ulang tahunmu sama-sama.”
                “DOOJOON OPPA! JUNHYUNG OPPA!!”, aku berteriak memanggil mereka sambil sesekali berputar untuk melihat kesekelilingku, mencari dua sosok oppa yang kucintai.
                Aku terus berlari sepanjang trotoar, dinaungi oleh pepohonan yang berjejer disamping kanannya.

“Aishh!!! Kita sudah tidak ketemu 2 bulan karena jadwal tur BEAST yang padat. Huhuhu..aku rindu masakanmu~”, kata Yoseob oppa manja.
“Besok kan ulang tahunmu Shira, makanya setelah konser nanti malam, kita akan langsung kerumahmu!”, Hyunseung oppa terlihat bersemangat.

                “SEOBIE OPPA! SEUNGIE OPPA!”, kali ini meneriakkan nama kedua sahabatku. Mereka sudah menjadi sahabatku jauh sebelum aku mengenal Taeyeon dan Thunder di kampus.

“Lho? Ups!”, Dongwoon oppa langsung menutup mulutnya dan cengengesan setelahnya. “Aduh, seharusnya itu kejutan ya. Aku sudah membocorkannya. Bisa-bisa Junghyung hyung akan menghajarku…”

Aku mulai melambatkan langkahku kali ini. “Dongwoon….op..pa…..”, mataku mulai berkaca-kaca. Perasaanku semakin tak karuan. Kenapa mereka tidak ada?? Kemana mereka?? Bukankah hari ini mereka sudah berjanji akan pulang menjelang hari ulang tahunku??? KEMANA KALIAN…?? BUKANKAH TADI PAGI KALIAN SEMUA ADA BERSAMAKU???

“Maukah kau menikah denganku?”

([DongWoon] My own Fiction)
[JunHyung] I love you, I love you, I love you, I love you, I keep writing these 3 words

                Akhirnya aku menghentikan langkahku ketika kulihat Gikwang oppa berdiri tak jauh dariku. Ia melihat kearahku sambil tersenyum. Senyum paling indah yang pernah kulihat…
                “Saranghaeyo, Shira…”
                “Oppa..Gikwang oppa…”, tanganku mulai terangkat, mencoba untuk meraihnya. “Nado..Saranghae…yo…oppa…Oppa, jangan pergi…”
                Tak lama setelahnya, Gikwang oppa yang tadinya tersenyum kini berubah sedih. Dan airmata mulai mengalir dari matanya yang mulai terpejam. Ia menggeleng pelan. Sosoknya pun mulai menghilang….Menjadi serpihan kaca yang amat kecil….Dan airmataku pun…mengalir….tidak bisa dihentikan lagi…..
                “GIKWANG OPPA!!”

([DongWoon]Everything is Fiction)
[JunHyung]  Setting the warn out pen on the old paper strained in tears

                “SHIRA!”
                Baru saja aku akan berlari kearahnya, Thunder menarikku dan membuatku berbalik kearahnya. Ia memegang kedua pipiku yang sudah basah dengan airmata. Mataku masih terbelalak, namun mengeluarkan air mata yang tiada henti. Bisa kulihat Thunder di hadapanku kini menangis juga.
                “Sudah…cukup…mereka semua sudah..gak ada…Shira….”, bisiknya pelan. “Sudah…mereka tidak akan pernah menyahut ketika kau memanggil…lagi….tidak akan pernah…..”
                Kedua tanganku kini mendekap tangan Thunder dengan gemetaran. Ah ya…Thunder benar…Pantas saja…Tidak ada satupun dari mereka yang mendengarkanku bahkan ketika aku sudah berteriak sekuat tenaga…Ya….Sekarang aku mengerti kenapa Jia oennie menangis tadi pagi…Sekarang aku mengerti maksud dari ekspresi Taeyeon dan Thunder tadi….
                Semuanya….karena aku ‘membuat’ mereka yang sudah tak ada menjadi nyata…Padahal mereka semua sudah tidak ada….Aku hanya…membuat…bayang-bayang mereka…aku hanya…membuat..SEBUAH FIKSI….
                Tangisku semakin menjadi dan akhirnya aku memeluk Thunder dengan erat, sementara Taeyeon yang berjalan perlahan ke samping Thunder, mengusap punggungku. Aku sadar Taeyeon pun sedang menangis melihatku, melihat sahabatnya yang sudah hancur ini….
                Aku sadar betapa aku kehilangan kalian…Kehilangan orang-orang yang sangat berarti…Tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan posisi mereka dalam diriku…Tidak ada…Oppa…Doojoon oppa…Junhyung oppa…Seobie oppa…Seungie oppa…Dongwoon oppa...Gikwang oppa....Kalian sudah gak ada…Hari yang kujalani bersama kalian setelah kalian tiada, semuanya….hanyalah fiksi yang kubuat sendiri…tak lebih…dari itu…TAK LEBIH…
12 Maret 20**, 16:00…
                Cuaca sore ini cukup mendung dan dingin. Aku berjalan sambil membawa enam bunga mawar merah yang begitu cantik dan indah. Sepasang anting mungil berwarna perak dan berbentuk hati yang kupakai merupakan pemberian Gikwang oppa di hari ulang tahunku tahun lalu. Aku pun mengenakan mantel abu-abu yang diberikan Doojoon oppa dan Junhyung oppa. Sepasang gelang hitam keemasan yang menghiasi tangan kiriku adalah pemberian Seobie oppa, Seungie oppa, dan Dongwoon oppa…
                Akhirnya aku berhenti didepan 6 batu nisan yang berjejer. Aku menatap nama-nama mereka yang terukir disana. Dan kulihat banyak sekali bunga-bunga yang ditaruh diatasnya dan disekelilingnya. Aku sangat yakin itu pasti adalah pemberian dari para B2UTY, fans setia mereka. Aku kembali menitikkan air mataku ketika meletakkan keenam bungaku.
                “Aku mencintai kalian semua…”, kataku pelan. Dan mulai sekarang hidupku tidak akan pernah sama lagi. Aku sangat menyadari itu. Bagiku, kehilangan orang tuaku beberapa tahun lalu membuat diriku hancur sebagian. Tapi kini dengan ditambah kehilangan mereka, maka aku pun benar-benar hancur…
                SREEKKK…
                Aku buru-buru menghapus airmataku ketika sosok yang tampaknya sangat kukenal tiba-tiba berlari cepat menuju hutan yang ada disebelah pemakaman ini. Karena penasaran, aku pun berjalan menuju kearah sana, dan langkahku terhenti ketika tanpa sengaja menginjak sebuah kotak kecil berwarna keemasan. Ah, sepertinya aku pernah melihat kotak ini sebelumnya….Dimana ya..?
                Aku langsung mengambil kotak itu dan membukanya. Betapa terkejutnya aku ketika melihat apa yang ada didalamnya….Itu…Sebuah cincin, cincin emas bermata perak. Lho, tunggu dulu, i-ini kan…cincin yang sama seperti…hah?Aku melihat kearah hutan yang tampaknya sedikit membuatku seram itu.
Hanya perasaanku saja, atau sosok yang tadi kulihat memasuki hutan itu….
adalah Gikwang oppa….

~END~

AUTHOR's NOTES:
Ah…!!! Akhirnya ini adalah FF kedua yang berhasil kuselesaikan dari sekian puluh FF yang tidak pernah berhasil aku selesaikan. (Setelah FF pertamaku yang judulnya ‘I Don’t Need a Reason to Love You’). FF yang pertama itu cast-nya aku dan semua member INFINITE. Mungkin aku akan mencoba untuk menge-postnya nanti, berhubung aku sedang mencari inspirasi untuk mngedit gambar untuk ceritanya… ^_^ YAY!!~ 

aku memang hobi membuat FF, tapi nyaris tidak pernah ada yang selesai sampai akhir! TT___TT Percaya atau tidak, aku udah mulai menulis FF sejak awal SMA, tapi gak ada satupun yang ceritanya selesai.. =,=’’ haduh.. *saksi: adekku tercinta si Hyuu Raiseki*
Makanya, karena sekarang sudah ada setidaknya 2 FF-ku yang berhasil, makanya aku senang sekali~ XD hahay!

Terima kasih buat yang sudah mau membaca v(^_^)v
Jika kalian punya masukan atau usul atau apapun, silahkan beritahu aku, oke? Sebenarnya cerita ini bisa jadi tamat atau malah baru awal dari sebuah cerita yang lain, tapi itu tergantung bagaimana kalian memandangnya tentu saja. Hehehe…Sebenernya sih, harusnya masih ada lanjutannya kenapa karakterku bisa liat sekelebat bayangan si Gikwang, tapi…saya terlalu malas euy lanjutinnya u,u’’ *dilempar duren*

Lalalalala~ Makasih semuanya~ :D